SahabatRakyat.Id — Suasana pagi di Kampung Baco, Distrik Sor Ep, tampak berbeda dari biasanya. Tampak warga, guru, tokoh masyarakat, dan aparat Forkopimdis berkumpul dengan semangat yang menyala. Di tengah kebersamaan itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat, Barbalina Toisuta, resmi membuka Gerakan Sor Ep Mengajar (GESER) — sebuah inisiatif yang digagas Kepala Distrik Sor Ep, Vinsen A. Rahail, untuk menyalakan kembali semangat belajar anak-anak di pedalaman Asmat.
Dalam sambutannya, Barbalina Toisuta menyampaikan apresiasi mendalam terhadap langkah kreatif dan penuh kepedulian yang diambil oleh Kepala Distrik Sor Ep.
“Pendidikan bukan hanya urusan dinas, tapi urusan kemanusiaan. Saya apresiasi melihat Distrik Sor Ep memulai gerakan yang lahir dari hati dan keberpihakan pada anak-anak kita,” ujarnya.
Selain itu Kepala Distrik Sor Ep, Vinsen A. Rahail, berbicara dengan suara bergetar namun penuh keyakinan:
“Hari ini saya berdiri bukan hanya sebagai kepala distrik, tetapi sebagai seorang ayah, seorang saudara, seorang anak yang juga lahir dan dibesarkan dari keyakinan bahwa pendidikan adalah cahaya pertama menuju masa depan.”
Ia memaparkan data yang menyentuh hati: dari 603 anak usia sekolah di Distrik Sor Ep, hanya sekitar 30 persen yang aktif bersekolah.
“Itu artinya, lebih dari separuh anak-anak kita sedang berjalan dalam gelap tanpa bimbingan, tanpa arah, dan mungkin… tanpa harapan,” katanya lirih.
Meski kewenangan pendidikan berada di tangan dinas teknis, Vinsen mengaku tidak bisa tinggal diam. Ia menggagas “Gerakan Sorep Mengajar” (GESER) sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial untuk menyalakan kembali cahaya pendidikan di tengah keterbatasan.
Lebih lanjut, Kepala Distrik Sor Ep itu menegaskan bahwa GESER merupakan contoh nyata kolaborasi lintas sektor yang dibutuhkan dalam mewujudkan “revolusi pendidikan Asmat”, sejalan dengan visi Bupati Asmat untuk membangun manusia Asmat yang cerdas dan berdaya.
Proyek Perubahan Vinsen tentang “GESER” bukan hanya tentang mengajar di kelas, tetapi menginspirasi melalui teladan dan kisah nyata.
Para anggota Forkopimdis dari TNI, Polri, ASN, hingga tenaga kesehatan akan turun langsung ke sekolah dan kampung membawa kisah perjuangan hidup mereka sebagai “guru kehidupan”.
“Anak-anak kita tidak malas. Mereka hanya butuh alasan untuk bermimpi,” ujar Vinsen. “Mungkin alasan itu muncul saat mereka mendengar seorang TNI berkata: ‘Saya berdiri gagah hari ini karena saya tidak pernah putus sekolah.’ Atau ketika seorang perawat berkata: ‘Saya bisa menyembuhkan orang karena saya dulu rajin belajar.”
Menurutnya, GESER adalah bukti bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah kecil. Menggeser cara lama agar pendidikan tidak lagi menjadi impian jauh, tetapi kenyataan yang tumbuh di setiap kampung Asmat.
“Kalau guru belum datang, biarlah kita yang datang membawa semangat. Kalau sekolah belum penuh, biarlah kita isi dengan motivasi dan harapan,” katanya dengan tegas.
Maka Geser adalah Gerakan untuk menyalakan kembali cahaya di mata anak-anak Asmat, agar kelak mereka tidak hanya bisa membaca dunia tetapi menulis masa depannya sendiri.
“Tidak ada senjata yang lebih kuat dari pikiran yang tercerahkan, dan tidak ada warisan yang lebih mulia daripada anak-anak yang berani bermimpi,” pungkasnya.