Agats, Sahabat Rakyat.Id – Mereka menggumam di balik tirai rumah dan dan gang sempit, menggugat gelora Festival Berter seolah-olah ia musibah yang harus dibatalkan. Padahal bukan panggungnya yang gaduh, tapi isi hati mereka yang tak pernah damai melihat kebangkitan generasi baru. Mereka bersuara bukan demi kedamaian, tetapi karena takut kehilangan kuasa atas keterbelakangan.
Berter—sebuah akronim yang memeluk dua jiwa: Beorpit dan Teweraut, bukan sekadar agenda dinas, melainkan ruang sakral tempat seni Asmat menari dan bernyanyi. Di sana, anak-anak muda bangkit bukan membawa parang, melainkan mimpi. Masing-masing sanggar datang dari pelosok kampung dengan niat tulus: mempersembahkan jati diri lewat gerak, irama, warna, dan warisan.
Ada yang membawa tarian leluhur dibalut gaya kekinian, ada yang mengolah suara rimba menjadi nyanyian zaman baru, dan semua tampil dengan busana khas Asmat yang menakjubkan—menantang siapa saja yang meragukan betapa kaya dan hidupnya budaya ini.
Namun sayang, justru ada segelintir yang tak ingin panggung ini ada. Mereka memprovokasi, merusak, menuduh, dan bahkan menciptakan keributan. Seolah ingin menjadikan pentas seni ini sebagai ajang adu otot, bukan adu kreativitas. Mereka takut, bukan karena Festival Berter buruk, tapi karena terang dari anak-anak muda mulai menyilaukan wajah-wajah lama yang enggan berubah.
Berter tidak salah. Kita saja yang takut maju.
Kita sendiri yang mematikan bara seni dengan dengki dan iri. Kita yang lebih memilih hidup dalam konflik daripada menyambut perubahan. Festival ini adalah panggung anak muda. Mereka yang sedang tumbuh. Mereka yang akan membentuk wajah Asmat esok hari. Jika panggung itu kita matikan hari ini, kita sedang merampas masa depan mereka.
Jangan salahkan Festivalnya, salahkan hati yang tak mau terbuka.
Panggung Berter menyapa generasi muda dengan harapan:
“Ayo bangkit, jangan takut jadi hebat.”
Tapi sayang, suara itu kadang ditenggelamkan oleh mereka yang tak ingin Asmat menari dalam kemajuan.
Namun, percaya: Seni tidak bisa dibungkam. Ia akan terus tumbuh, bahkan di tengah kebencian.
Dan Berter akan tetap berdiri,
sebab yang menolak hanyalah bayangan,
sementara yang tampil adalah cahaya.