SahabatRakyat.Id – Aula Wiyata Mandala menjadi saksi sejarah baru dalam dunia pendidikan Kabupaten Asmat. Wakil Bupati Asmat, Yoel Manggaprou, secara resmi meluncurkan Aplikasi E-Learning “MUKA SERIBU” (Muatan Lokal Seni Tradisi Budaya Asmat), sebuah terobosan digital yang menghadirkan perpaduan antara pembelajaran modern dan pelestarian budaya lokal.
Inovasi ini digagas oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat, Barbalina Toisuta, sebagai wujud nyata proyek perubahan dalam Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (PIM) II. Melalui aplikasi ini, Dinas Pendidikan berkomitmen menjawab tantangan besar dalam pemerataan akses pendidikan di wilayah yang dikenal dengan kondisi geografisnya yang luas dan sarana prasarana terbatas.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Asmat, Yoel Manggaprou, menyampaikan bahwa peluncuran aplikasi e-learning ini menjadi langkah penting menghadirkan solusi pendidikan yang relevan dengan konteks lokal.
“Kita semua memahami bahwa tantangan pendidikan di daerah kita, Kabupaten Asmat, tidaklah ringan. Kondisi geografis yang luas, keterbatasan infrastruktur, dan akses internet yang belum merata menjadi tantangan nyata dalam penyelenggaraan pendidikan. Namun, melalui semangat inovasi dan kerja keras, Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat telah menjawab tantangan tersebut dengan menghadirkan aplikasi e-learning yang dapat diakses oleh seluruh satuan pendidikan,” ujarnya.
Lebih dari sekadar alat bantu digital, aplikasi MUKA SERIBU dipandang sebagai jembatan antara teknologi dan budaya, serta kemajuan dan identitas lokal. Di dalamnya, siswa tidak hanya belajar membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga mengenal lebih dalam nilai-nilai budaya, seni, dan tradisi Asmat yang menjadi kebanggaan masyarakat.
Aplikasi ini juga dikenal dengan sebutan “Asmat Go-Learning”, yang diharapkan dapat digunakan secara luas oleh sekolah dasar di seluruh Kabupaten Asmat. Dengan tampilan yang ramah pengguna dan konten berbasis budaya lokal, aplikasi ini menghadirkan pembelajaran yang lebih kontekstual, menarik, dan bermakna bagi anak-anak di pelosok kampung.
Wakil Bupati Yoel menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor dalam mengembangkan aplikasi tersebut.
“Saya memberikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Dinas Pendidikan, para guru, tenaga teknis, serta seluruh pihak yang telah bekerja keras mewujudkan aplikasi ini termasuk dukungan dari Dinas Kominfo, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, BPMP, serta para konten kreator lokal dan wartawan yang ikut memperkaya konten pembelajaran berbasis budaya Asmat,” tuturnya.
Melalui MUKA SERIBU, seni ukir, tari-tarian, kisah leluhur, hingga simbol-simbol budaya Asmat kini dapat diakses secara digital. Anak-anak tidak hanya diajak memahami warisan budaya, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga dan tanggung jawab untuk melestarikannya di tengah derasnya arus globalisasi.
“Kita berharap aplikasi ini menjadi titik awal perubahan besar dalam sistem pembelajaran di Kabupaten Asmat, membuka akses pendidikan bagi seluruh anak tanpa batas ruang dan waktu, serta menjadi sarana pelestarian budaya Asmat di era digital,” lanjut Yoel.
Peluncuran MUKA SERIBU menjadi momentum penting bagi seluruh pemangku kepentingan — mulai dari pemerintah daerah, masyarakat adat, hingga satuan pendidikan — untuk bersama-sama menjaga dan mengembangkan aplikasi ini.
“Mari kita jadikan inovasi ini sebagai wujud nyata dari semangat Asta Cita, yang menempatkan peningkatan kualitas manusia Indonesia sebagai prioritas utama pembangunan,” seru Wakil Bupati Asmat menutup sambutannya.
Dengan penuh optimisme, ia berharap agar “Asmat Go-Learning” dapat menjadi contoh baik bagi daerah lain di Tanah Papua, khususnya di wilayah Papua Selatan, dalam upaya membangun sumber daya manusia yang unggul, berkarakter, dan berbudaya.
Melalui peluncuran MUKA SERIBU, Kabupaten Asmat menegaskan bahwa inovasi tidak harus lahir di kota besar. Dari tanah yang dikenal dengan kekayaan seni ukir dan semangat gotong royong, lahirlah sebuah gagasan besar yang menjembatani masa lalu, masa kini, dan masa depan pendidikan Asmat.
Aplikasi ini bukan hanya tentang belajar daring, melainkan tentang menyatu-padukan jiwa Asmat dengan teknologi agar budaya tetap hidup, dan pengetahuan terus tumbuh