Agats — Malam itu, Minggu (28/09/2025), suasana di RSUD Perpetua J. Safanpo, Agats, masih terasa tegang pasca peristiwa konflik yang terjadi sehari sebelumnya. Namun di tengah kecemasan dan luka, hadir sosok Bupati Asmat, Thomas Eppe Safanpo, yang datang langsung memberikan penguatan dan dukungan bagi para korban. Tepat pukul 21.30 WIT, Bupati didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Asmat serta Direktur RSUD menyambangi ruang bedah tempat tiga korban luka tembak peluru nyasar dan seorang korban luka lainnya tengah dirawat intensif.
Bupati Thomas menyapa para pasien satu per satu. Wajah lelah para korban yang terbujur di ranjang rumah sakit seakan sedikit terhibur oleh kehadiran pemimpin daerahnya. Dengan suara lirih namun penuh empati, Bupati berkata,
“Ini biaya pemulihan ya. Bisa digunakan untuk beli air atau makan. Semoga cepat sembuh.”Ucapannya sederhana, tetapi membawa makna mendalam: sebuah kepedulian nyata di saat luka fisik dan batin sedang menganga.
Tak hanya fokus pada korban peluru nyasar, Bupati juga menoleh kepada pasien lain yang terdampak dari konflik kemarin. Ia menggenggam tangan mereka, menanyakan kondisi, dan tak lupa memberikan bantuan kecil untuk mendukung masa pemulihan. Gestur itu memperlihatkan bahwa kepemimpinan bukan sekadar soal kebijakan di atas meja, tetapi juga tentang keberanian hadir di tengah rakyat dalam momen paling rapuh.
Direktur RSUD Perpetua J. Safanpo yang mendampingi kunjungan itu menjelaskan kondisi medis pasien. Tiga korban luka tembak masih membutuhkan pengawasan ketat karena letak luka yang cukup berisiko, sementara satu korban lain mengalami trauma fisik akibat peristiwa yang sama. “Kami terus berupaya memberikan penanganan terbaik,” ujarnya.
Ketua PKK Asmat yang turut hadir tak kalah sigap memberi penguatan kepada keluarga pasien, terutama para ibu yang tampak cemas mendampingi anak-anak mereka. Ia menenangkan mereka dengan kata-kata sederhana, bahwa seluruh masyarakat Asmat saat ini saling menopang dan berdoa untuk pemulihan bersama.
Kunjungan Bupati malam itu menjadi penanda bahwa di balik konflik dan tragedi, selalu ada ruang untuk kasih dan kepedulian. Kehadiran seorang pemimpin di ruang-ruang rawat rumah sakit memberi pesan kuat: pemerintah tidak menutup mata atas penderitaan warganya. Bahwa luka yang timbul bukan hanya urusan medis, tetapi juga menyangkut kepercayaan dan ikatan sosial yang harus kembali dipulihkan.
Malam semakin larut, namun semangat solidaritas yang tercermin dalam kunjungan itu menyisakan harapan. Asmat masih berdiri, meski berbalut luka. Dan dari ruang bedah RSUD Perpetua J. Safanpo, sebuah pesan kemanusiaan mengalir: bahwa penyembuhan bukan hanya urusan obat dan perawatan, tetapi juga sentuhan empati dari seorang pemimpin kepada rakyatnya.