Malra, Sahabatrakyat.id – Langkah kontroversial Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat Kei Evav menuai badai penolakan dari kalangan pemuda. Damianus Gerenz Ohoiwutun, seorang tokoh pemuda Evav, dengan tegas menyatakan sikap penolakan mereka. Selasa 25/03/2025//
“Sebagai generasi muda yang bertanggung jawab atas masa depan Kei Evav, kami tidak akan tinggal diam,” ujarnya dengan nada lantang.
Penolakan ini bukan tanpa alasan. Damianus menilai bahwa Raperda ini memiliki sejumlah kelemahan mendasar yang berpotensi merugikan masyarakat adat Kei Evav secara luas. Berikut adalah poin-poin krusial yang mereka soroti:
* Minimnya Partisipasi Masyarakat:
* Proses penyusunan Raperda dinilai tidak melibatkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat adat. “Seharusnya, prinsip musyawarah dan mufakat menjadi landasan utama, bukan hanya melibatkan segelintir kelompok,” tegas Damianus.
* Ancaman terhadap Kearifan Lokal:
* Raperda ini dikhawatirkan dapat mengganggu sistem adat yang telah diwariskan secara turun-temurun, seperti hak ulayat dan struktur sosial adat. “Ini bisa menimbulkan ketidakseimbangan dalam tatanan sosial masyarakat,” jelasnya.
* Perlindungan Hak yang Tidak Menyeluruh:
* Alih-alih melindungi, Raperda ini justru berpotensi membuka celah eksploitasi hak ulayat dan sumber daya alam. “Kepentingan pihak luar bisa saja lebih diutamakan daripada kesejahteraan masyarakat Kei Evav,” ungkap Damianus dengan nada khawatir.
* Potensi Konflik Internal:
* Ketidakjelasan pengaturan dalam Raperda dikhawatirkan dapat memicu perpecahan di antara masyarakat adat, terutama terkait pengakuan dan pembagian hak. “Ini bisa menjadi sumber ketegangan di tengah masyarakat,” tambahnya.
* Tuntutan Pembatalan Raperda:
* Damianus mendesak DPRD Maluku Tenggara dan Pemerintah Daerah untuk membatalkan pembahasan Raperda ini dan membuka ruang dialog yang lebih luas dengan masyarakat adat. “Jika memang diperlukan regulasi, penyusunannya harus transparan dan demokratis,” tegas Damianus.
Para pemuda Kei Evav bertekad untuk terus mengawal dan memperjuangkan hak-hak masyarakat adat. “Kami menolak regulasi yang merugikan dan menuntut kebijakan yang berpihak pada kepentingan seluruh masyarakat Kei Evav,” pungkas Damianus, seraya menyerukan “Salam Persatuan dan Kejayaan Kei Evav!”.